Dalam
tesis Samuel Huntington tentang the third wave of democratization atau demokratisasi
gelombang ketiga. Huntington menyebut tiga periode perkembangan demokrasi.[1]
Gelombang pertama, terjadi pada kurun waktu 1828-1926, dimulai di Eropa dan
dipicu oleh perkembangan di bidang sosial dan ekonomi. Kemajuan di bidang
ekonomi, industrialisasi, urbanisasi, dan meningkatnya jumlah kelompok kelas
menengah oleh Huntington dianggap sebagai penyebab utama tumbuhnya demokrasi di
sejumlah negara Eropa saat itu.
Gelombang
kedua terjadi pada kurun waktu 1943-1962 dan penyebab utamanya adalah faktor
politik dan militer. Menyusul kemenangan pihak Sekutu pada Perang Dunia Kedua,
beberapa negara kemudian beralih ke demokrasi. Gelombang kedua ini berlanjut di
sejumlah negara yang baru merdeka menyusul proses dekolonisasi.
Demokratisasi
gelombang ketiga dimulai tahun 1974 dengan faktor penyebab yang lebih kompleks
dibandingkan dua gelombang terdahulu. Empat di antaranya adalah melemahnya
legitimasi rejim otoriter, perkembangan di sektor ekonomi, dampak dari proses
serupa di kawasan (snowball effect), dan tekanan dari luar.Huntington memberi
sebutan gelombang ketiga (third wave) untuk proses demokratisasi yang terjadi
mulai pertengahan 1970-an sampai awal 1990-an. Dimulai dari Revolusi Mawar di
Portugal sampai dengan perubahan politik di negara-negara eks Blok Timur
menyusul usainya Perang Dingin.
Meski
demikian apa yang terjadi setelah itu masih tetap relevan dianggap sebagai
kelanjutan dari gelombang ketiganya Huntington. Contohnya adalah proses
demokratisasi di Indonesia. Dilihat dari faktor penyebabnya demokratisasi di
Indonesia bermula dari melemahnya legitimasi rejim otoriter yang berkuasa mulai
awal 1990-an.
Perkembangan
di sektor ekonomi, yaitu kegagalan mengatasi krisis ekonomi tahun 1997, menjadi
puncak dari perlemahan legitimasi tersebut. Faktor tekanan dari luar terlihat
tidak begitu dominan. Namun dengan berkurangnya kepentingan negara adikuasa di
Indonesia setelah runtuhnya blok komunis, bagi negara-negara maju mendukung
rejim otoriter tidak lagi menjadi pilihan populer. Sistem politik global tidak
lagi berpihak kepada rejim Orde Baru yang berkuasa saat itu.
Dilihat dari pola yang
disusun Huntington, proses demokratisasi di Indonesia dapat dikategorikan
sebagai transplacements dimana pemerintah dan oposisi bersama-sama mengusung
proses demokratisasi. Mungkin penggolongan ini tidak sepenuhnya tepat mengingat
sebelumnya konsep oposisi tidak dikenal di Indonesia. Meski demikian realita
politik dewasa ini menunjukkan adanya kerjasama antara kelompok yang sebelumnya
duduk di pemerintahan dan kelompok yang sebelumnya berada di luar pemerintahan.
[1] Samuel P. Huntington. Gelombang Demokratisasi Ketiga. (University of
Oklahama Press, 1991). Jakarta, 2001. PT. Pustaka Utama Grafiti. Hal. 16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
"Boleh mengambil isi tulisan ini, tapi hargailah kekayaan intelektual penulis dengan mencantumkan nama penulis". Admin..